Friday, July 30, 1999

Dari Ken Angrok ke Kentucky

Konon ada seorang anak penyamun yang menjadi raja di Singasari. Namanya Ken Angrok. Kisahnya terlukis cukup rinci dalam bab pertama kitab Pararaton atau Kitab Raja-raja. Semacam babad prosa yang diperkirakan ditulis sekitar abad ke-16 M.

Kitab itu bercerita tentang masa muda Ken Angrok yang bakal menjadi Rajasa, pendiri Kerajaaan Singasari, yang diyakini bertempat di kawasan Malang, Jawa Timur, sekarang. Syahdan dia adalah putra dewa yang keturunan rakyat jelata yang bekerja angon kerbau. Dia belajar mencuri kepada Lembong, belajar judi pada Bango Samparan, dan belajar menulis bersama sahabatnya Tita dengan seorang pendeta.

Meski mulai belajar baca tulis, Ken Angrok jauh dari sikap calon cendikia. Dia masih suka menyamun, merampok, dan memperkosa. Sampai akhirnya ia dikejar-kejar oleh penguasa setempat, Tunggul Ametung. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan Lohgawe, seorang brahmana yang konon diutus langsung oleh Visnu dari India untuk mencarinya. Lewat Lohgawe inilah dia bisa masuk lingkungan istana, berkenalan dengan Ken Dedes, dan akhirnya dengan suatu rencana yang lihai berhasil mengukuhkan dirinya menjadi Raja Singasari.

Kisah sang anak petani yang menjadi raja ini banyak mendapat komentar. DN Aidit sendiri dalam Masjarakat Indonesia dan Revolusi Indonesia (1957) menyebutnya: ''...pemberontakan itu dilancarkan melawan kerajaan Kediri pada awal abad ke-13 di bawah pimpinan seorang anak petani, Ken Arok.''

Ada sebuah semangat, heroisme, dan keberingasan yang melekat pada tokoh Ken Angrok yang nyatanya hingga kini sebagian masyarakat Malang masih meresapinya. Menurut pengakuan seorang pemuda Malang, itulah sebabnya mengapa para anak muda Malang menyukai musik rock dan kerusuhan dalam pertandingan sepakbola.

Klub sepakbola Arema yang berlogo ''Singo Edan'' sering diidentikkan dengan semangat itu. Semangat yang berangas dan mengaum keras. Itu sebabnya para suporter Arema sangat fanatik terhadap klub ini, karena Arema seolah-olah menjelmakan roh Ken Angrok dalam bentuk terkininya.

Namun Ken Angrok telah meninggal ratusan tahun lalu. Di pojok alun-alun kota Malang sekarang telah berdiri Kentucky Fried Chicken (KFC). Tidak ada Ken Angrok Fried Chicken yang menyainginya. Keberadaan KFC seperti juga restoran McDonald di depan Lapangan Merah. Keduanya menandai hal yang sama: perubahan telah terjadi.

Arema yang dulu digandrungi anak muda itu kini makin keropos pengelolaannya. Prestasinya seolah tak bergeming. Meski punya pendukung fanatik, masalah dana, manajemen, dan pelatihan tetaplah yang utama bagi sebuah klub olahraga.

Kini para jago di Arema berpaling ke Persema. Berbondong-bondong mereka hijrah ke kubu ''Si Petir Biru'' ini. Persema menyambutnya dengan penataan manajemen yang lebih baik dan dukungan yang mulai menguat. Semoga Persema pun mewarisi semangat positif dari sejarah Malang sendiri. Menjadi sebuah kesebelasan yang garang, lihai, dan banyak belajar. Sejarah Ken Angrok harus ditutup dan diganti kehebatan manajemen Kentucky. Begitulah.

(Kurniawan)

No comments:

Post a Comment

Searching...

Custom Search