Wednesday, October 07, 2009

Buket Biru oleh Octavio Paz


Tak ada masyarakat tanpa puisi, tapi masyarakat tak pernah bisa dipahami sebagai puisi, karena dia tidak puitik. Kadangkala dua istilah itu berusaha bercerai, tapi tak bisa.

Octavio Paz Lozano (31 Maret 1914-19 April 1998) adalah pengarang dan diplomat Meksiko yang menjadi pemenang Nobel Sastra pada 1990. Semula dia penganut komunisme, lalu berubah menjadi kiri demokrat "liberal".

Berikut ini salah satu cerita pendeknya yang dimuat di Minggu Pagi No. 16 Th. 55 Minggu III, Juli 2002.


Tuesday, October 06, 2009

Kebohongan by Nawal el-Sadawi

Nawal el-Sadawi adalah seorang sastrawan wanita Mesir yang karya-karyanya telah mampu menembus batas-batas dunia. Tulisan-tulisannya sebagian besar mengangkat persoalan-persoalan perempuan (feminis). Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Seperti: Perempuan di Titik Nol, Matinya Sang Penguasa, Memoar Seorang Dokter Perempuan, serta Catatan dari Penjara Perempuan

Berikut ini salah stu cerita pendeknya yang pernah dimuat Republika hampir satu dekade lalu.


Monday, October 05, 2009

Njoto dan Puisi Cak

Majalah Tempo edisi pekan ini menurunkan laporan khusus tentang Njoto, Wakil Ketua CC Partai Komunis Indonesia. Selain jago meniup saksofon, Njoto juga pandai menulis puisi.

Di bawah ini saya salin salah satu puisinya yang dimuat di Harian Rakjat pada tahun 1962. Puisi ini juga masuk dalam Gugur Merah: Sehimpunan Puisi Lekra, Harian Rakyat 1950-1965 yang disusun Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan dan terbit pada September 2008.

Selamat menikmati...


Variasi Cak

Cak-cak
cak-cak-cak-cak
cak-cak
cak-cak-cak-cak
penari-petani menari
di Blahbatu sini
mata menari perut menari
menuntut merdeka dan nasi
cak-cak
cak-cak-cak-cak
satu bedil
satu cangkul
cak-cak
cak-cak-cak-cak
imperialisme
kananbaru
feodalisme
sikepalabatu
kita tinju
satu persatu
cak-cak
cak-cak-cak-cak
cak-cak
cak-cak-cak-cak

Blahbatu, Maret 1962

Searching...

Custom Search