Friday, March 21, 2003

Puisi-puisi Henny Purnama Sari

Date: Wed, 29 Jan 2003 04:27:38 -0800 (PST)
From:  Henny Purnama Sari
Subject: Puisi2ku
To: z_iwan


Menuju Manusia

Satu: Air mata

     Hakikatku meleleh
     melukisi lingkar hidup dengan tetes-tetes
     Setiap gerak adalah tetes
     Tiap-tiap napas selalu tetes
     Semua tetes bernama aku
     Memeluk tiap kiamat yang tak pernah singgah
     Ayo, kumpulkan bahan baku! Niscaya  cuma air mata
     Ketahuilah, Raja memadatkan air mata hingga mengeras kapur
     lalu disebutnya sebagai aku,
     maka jadilah aku
     yang tak pernah tahu paras letih, terlebih jenuh
     Tes.., tes.., tes



Dua: Kata

     Hakikatku  berkata
     Setiapku adalah kata
     Tiap-tiap kata selalu aku
     Sebab Raja memadatkan kata-kata yang sedia melekatkan diri, menjahitkan nyawa-nyawa mereka hingga menunggal
     lalu merupakannya sebagai aku
     jadilah aku
     Barangkali hanya pisau yang dapat membikinmu dan para ilmuwan  percaya
     Coba saja iris aku tipis-tipis
     selalu akan kau dapati lembar kata
     karena aku padatannya
     Kau dan para ilmuwan itu bisa juga
     memasang bom dan mengaitkannya pada tubuhku
     'kan kau saksikan, setelah letup sang gigan, kata menyerpih
     membuyar serupa konveti
     Satu waktu dengan bom waktu
     Tik...tok...tik...tok

Tiga: Tawa

     Hakikatku, tertawa
     Setiapku cuma  tawa
     Tawa-tawa bersepakat menjalin diri erat-erat
     di bawah komando Sang Raja
     Dan orang-orang membaui tawa sebagai aku
     Pecahkan aku dengan gelombang frekuensi tinggi
     Hingga remahku pun tawa pada setiap mata
     Hahaha.

Air mata, kata, tawa adalah kita
Manusia?

Henny Purnama S., Jakarta - Depok, 15 Des 2002- 3 Januari 2003



Jadi, Apalagi?

Apalagi kau pinta, semesta?
Setelah gerbang remaja yang gamang sehabis sengguk itu,
Seusai masa kecambah yang kerontang oleh pecipta kembang  yang tak menyahuti hausku,
Sereda masa biru yang merindu,
lantas sosok tercinta yang abstrak,
media-media berisi bahan peledak,
waktu gelisah yang meruah panjang tengadah
menjelma remah pasrah
yang kian entah

Apalagi, semesta?
Mahal sekali napas ini
sedang rasa takut kau tanam pada tiap relung hidup
dan suicide hanya tergenggam para penakluk
yang dengan segenap kesakitan mencerai beban perlahan
dan sanggup menyongsong ketidaktahuan mengerikan

Aku patuh pada kepengecutan
yang entah sejak waktu mana disanjung sebagai iman
Tapi tidak
Aku tak peduli pada patuh
karena yang ada padaku memang cuma takut
Tak ada unsur lain yang mendirikan nyawaku selain sel-sel pengecut
Lantaran itu, tak bisa lain, kubiarkan kau mengacak-acak lambungku
meluluhlantakkan segenapku
meski kugemar mencipta mimpi
tentang akulah engkau;
Pemilik langkah
yang lihai memilih arah


sehingga aku masih di sini, mengabai jenuh

adakah engkau sungai?
Haruskah kutulis kau dengan 'K' besar?
Bukankah kau menanam diri padaku
yang tumbuh di rahimmu
dan kita cuma terbilang Satu

Jadi, apalagi, semesta?
Hancurku tokh tinggal kau kata
mengapa masih mencicil pinta untuk segerak nyawa?
Hanya membikinku letih dan bagimu tawa

Lalu aku bermimpi tentang akulah engkau
agar mampu mencecap dan ranggas dalam tawa

Jadi, apalagi, diriku?

Henny Purnama S., Depok, Sbt, 26.01.03 (12.29 PM)



Ziarah Erotis

terkadang kita menziarahi sejarah sendiri
di lembar-lembar awal peran
ketika kita menggeliat tumbuh
mengecambah di ranum lumpur pesawahan zaman

terkadang ziarah terlalu khusyuk dilakukan
menyuburkan benih-benih candu
pada hasrat itu
dan kita menyalahkan orang-orang
yang tak pernah menyinggahkan kata 'pulang'
ke telinga kita

ah, mengapa pokok-pokok candu mencetak jarak
pada kekinian yang sadar penuh?
mengapa ia pangkas habis ruang antaranya
yang bertetangga dengan nikmat itu?
mengapa kepurbaan begitu lekat dengan rasa memusat?
yang mencabik-cabik pekat dengan mata sembilu berkilat
menorehkan lautan garis gairah
yang jauh lesatkan alur hidup darah
ahhh!

lalu mengapa kita merasa butuh ziarah?
mengapa hawa misterius memberi kita kemampuan dan keinginan berziarah?

Henny Purnama S., Jakarta, 19 Januari 2003 (01.27 AM)

No comments:

Post a Comment

Searching...

Custom Search